Semakin Hari Semakin Keji #SemburanFitnahPepes



Coba kalian buka WA di smartphone ibu/mamah kalian pasti ada grup kumpulan Ibu-ibu PKK atau Ibu-ibu pengajian. Buka salah satu grupnya, disitu pasti banyak postingan-postingan tentang video, atau berita atau tips yang belum tentu kebenarannya.

Hal diatas sebenarnya sudah sangat umum terjadi dikalangan ibu-ibu. Kadang ibu saya juga share berita seperti ular berkepala 5 yang menggemparkan. Ibu saya percaya hal itu. Tapi saya hanya senyum saja. Saya tahu kalau seorang ibu-ibu itu tidak ada waktu untuk memantau berita seperti kaum muda yang bisa buka gadget setiap saat. Mereka sudah sibuk oleh urusan rumah tangga. Mereka percaya apa yang di share oleh temannya adalah suatu info baru yang benar tanpa harus cek lagi. Mereka ini yang menjadi sasaran empuk hoaks-hoaks.

Seperti halnya kemarin ada kasus emak-emak menyebar kampanye fitnah di Karawang yang mengatakan jika Jokowi terpilih kembali, adzan akan dilarang, tidak akan ada lagi yang memakai kerudung, sesama lelaki boleh kawin, dan sesama perempuan boleh kawin. Ketiga emak itu akhirnya ditangkap oleh kepolisian dan dijatuhi pidana karena melanggar Pasal 14 ayat 1 UU no. 1 Tahun 1946 tentang penyebaran berita bohong.

Ironisnya yang menyebarkan adalah dari kaum ibu-ibu juga. Dan disebarkan ke sosial media dan pasti akan dilihat oleh kaum ibu-ibu pula. Ibu-ibu ini bisa saja mendengar pernyataan dari seseorang tak bertanggungjawab dan kemudian dia sebarkan kepada yang lain secara langsung kepada warga karena sudah percaya sekali dengan berita tersebut.
Pengajar Politik dan Pemerintahan dari UGM, Arya Budi mengatakan fenomena emak-emak ini dikategorikan sebagai ‘relawan lapangan’. Ada dua prespektif yairu dianggap sebagai korban politik atau alat politik. Ia menyayangkan jika para relwan perempuan ini diminta menyebar hoaks. Arya mengatakan sah misalnya 01 punya efek negatif dari infrastruktur yang di buat atau 02 yang punya banyak lahan. Tapi soal emak-emak itu yang menjadi masalah karena merusak demokrasi.

Adi Prayitno pengajar komunikasi politik di UIN Jakarta jiga sedih melihat emak-emak menjadi korban timses yang kurang mengedukasi mereka. Ia juga menyebut BPN Prabowo-Sandi harus bertanggung jawab karena ketika ibu-ibu ini sudah mengorbankan hidupnya demi mereka.

Sebenarnya ini seperti terhubung oleh kasus sebelumnya yaitu Ratna Sarumpaet serta doa Neno Warisman. Keduanya menimbulkan keresahan dan sekarang emak-emak ini dengan isu bohong yang lebih besar lagi yang disebarnya. Semuanya dilakukan oleh wanita. Entah memang sengaja dibuat untuk dilakukan oleh wanita agar masyarakat lebih percaya dan segan atau memang mereka adalah korban politik. Korban hoaks dari yang disuarakan orang-orang tak bertanggung jawab. Benhenti gunakan wanita sebagai alat karena wanita adalah tumpuan hidup bangsa. Merekalah yang melahirkan generasi emas di Indonesia.

Semakin Hari Semakin Keji #SemburanFitnahPepes

Masa kampanye yang terus berjalan sampe sekarang semakin mendekati Pemilu 2019 ini terasa semakin bewarna. Cuman sayangnya bukan warna-warna yang indah yang dihadirkan dalam kampanye kali ini.  Sayang sekali kampanye kali ini banyak dicedarai oleh hal-hal yang berbau sandiwara, berita hoax bahkan sampai dengan fitnah, tidak lupa juga kini agama dijadikan alat berpolitik. Buat saya memang tetap masih berwarna cuman sayangnya hanya warna hitam yang terlihat dalam kampanye kali ini. Kita bisa lihat sendiri tidak ada habisnya kampanye hitam terus dilakukan hanya untuk menjatuhkan pihak lawan.

Mau sampai kapan kita terus seperti ini, mau sampai kapan kita terus menakut-nakuti, dan mau sampai kapan kamu cekoki kami dengan tindakan-tindakan kejimu, dengan berita hoax dan Fitnah mu, mau sampai Kapan!? Tidak puas kah kamu sedari dulu kau mengikuti pemilu cara-cara keji ini memang menjadi senjata andalanmu. Tapi apakah kamu juga tidak sadar bahwa masyarakat kita juga sekarang semakin pintar berkat KIP yang diberikan oleh Jokowi. Sudahlah jangan terus gunakan cara kejimu, ingat pada 2014 lalu caramu ini juga tidak berhasil membuatmu jadi juara.

Tidak habis akal jahat dan kejimu guna menjatuhkan lawanmu, hingga tega kau gunakan perempuan sebagai bumper dan pemeran. Pertama kau suguhkan berita hoax dengan wanita babak belur dipukuli namun ternyata hanya operasi plastik. Kedua kau ajak orang untuk mengamalkan harta benda dan uangnya hanya untuk mendukungmu yang memiliki harta yang kaya raya serta tanah Negara yang luas. Ketiga kau hadirkan lagi wanita dengan bait syair puisi indahnya namun ternyata isinya hanya ancaman untuk tuhan, yang berisi jika tidak memenangkanmu maka taka da lagi yang menyembahmu. Dan lagi keempat muncul tiga orang emak-emak andalanmu yang kau banggakan saat debat pertama karena didukung emak-emak , namun ternyata emak-emak ini muncul dengan berita Fitnahnya. Dengan keji mereka memfitnah lawannya yang tak bersalah hanya untuk menjatuhkan seseorang orang. Fitnah keji yang ga berlandasan bohong kalo tidak dilakukan tanpa tujuan.

Emak-emak PEPES Hilang Akal?

Entah disumbangkan ke mana logika emak-emak PEPES ini? Mereka seolah hilang logika ketika koar-koar membela pasangan capres-cawapres kebanggannya dengan menjatuhkan bahkan memfitnah orang lain. Dengan bersemangat, mera mengatakan jika jokowi menang di pilpres 2019 ini tak ada lagi adzan berkumandang di negeri ini.

Bagaimana bisa mereka se polos itu menelan informasi hoax semacam itu? menyebarkannya pula, berani sekali mereka. Padahal jika kita berpikir lebih logis, wakil ketua Joko Widodo, Ma’ruf Amin ialah seorang Kiyai yang namanya sudah besar, sekaligus ketua MUI. Beliau jelas islamnya. Mana mungkin melarang adzan berkumandang di negeri ini?

Jika kemudian “tak akan ada adzan” disimbolkan sebagai upaya pengrusakan Jokowi terhadap agama islam, ini jelas salah besar. Jokowi, justru sangat menghormati islam. Sejak kecil sudah dididik dengan agama islam. Kepeduliannya terhadap Islam juga terlihat ketika Ia sangat memperhatikan pesantren sebagai basis pendidikan, pencetak cendekia yang santun. Jokowi juga menetapkan 22 Oktober menjadi hari santri nasional. Ia melihat nilai historis santri yang banyak sekali memberi kontribusi pada negeri ini, terlebih saat perebutan kemerdekaan Indonesia puluhan tahun silam.

Maka, dari pendapat pribadi penulis, emak-emak  yang menyebarkan isu bahwa jika jokowi menang maka tak ada lagi adzan, ialah pendapat yang benar-benar tak logis. Ini perlu diwaspadi! Pernyataan emak-emak ini membuktikan, bahwa betapa kabar dan informasi bohong bisa sangat mudah diterima oleh masyarakat. Bahkan mereka dengan bebas dan tanpa beban menyebarkan informasi yang jelas fitnah. Ini jelas bisa menguntungkan pihak “penyebar hoax”. Mereka dengan mudah menunggangi ketidaktahuan emak-emak ini demi meningkatkan nama paslon yang didukung.

Untuk itu, teruslah suarakan anti hoax agar masyarakat tak mudah menerima kabar dan informasi begitu saja tanpa mencari tahu kebenarannya dulu. Dengan begitu, demokrasi tak ternoda oleh fitnah keji para pemburu kekuasaan.

Habis Manis Emak DiBuang

Sudah bisa diduga, awalnya Ketua PEPES si Emak Wullan membantah beri arahan kampanye negatif. Ujungnya sudah bisa ditebak, langsung dilepeh. “Itu bukan bagian dari kami”, meminjam bahasa si Faldo Maldini. Pokoknya bukan!
Tiga perempuan asal Kabupaten Karawang, Engqay Sugiyanti, Ika Peranika dan Citra Widaningsih resmi ditetapkan tersangka.  Sebelumnya mereka ditahan selama 1x24 jam Oleh penyidik Polda Jabar dan Polres Karawang. 

Ketiganya ditetapkan tersangka kasus menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan kebencian atau permusuhan individu dan kelompok masyarakat berdasarkan SARA, sebagaimana diatur di Pasal 28 ayat 2 Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik. Terancam 6 tahun

"Penyidik sudah memiliki dua alat bukti yang cukup untuk menetapkan tersangka. Salah satunya ponsel milik mereka disertai video dengan konten yang sudah kita dengar," 

Sementara itu, kuasa hukum tersangka IP, Elyassa Budiyanto Elyassa membenarkan bahwa kliennya aktif dalam kegiatan relawan Partai Emak-Emak Pendukung Prabowo-Sandi (PEPES). "Tapi memiliki kartu anggota atau tidak saya belum tahu," katanya.

Walaupun bukan anggota karena untuk urusan itu gampang, tinggal mereka hapus data. Tapi namanya emak-emak PEPES ini sudah berjuang sampai ke penjara kok nggak diakui sebagai bagian dari PEPES. Otak kempes juga nih Ketua PEPES ini.

Itulah kisah akhir sinteron PEPES : HABIS MANIS PEPES DIBUANG, KISAH PEPESAN HOAKS KEJI & PEPESAN GOSONG. Mau pasang judul begitu nanti kepanjangan, jadi itu adalah sub judulnya.
#SemburanFitnahPepes

https://bit.ly/2NB9Hnb
https://bit.ly/2Ey6Qbn
https://bit.ly/2VqeWsy

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Flames Of War, Film Dokumenter ISIS